• Disturbansi
Keanehan sistem PLC penting lainnya adalah sering terjadi berbagai macam
disturbansi dari jaringan. Jaringan tegangan rendah tidak dapat
membangun transmisi data dan ada beberapa kerugian untuk pemakaian dalam
telekomunikasi. Karena itu jaringan PLC kelihatan menjadi lebih
terganggu dari pada jaringan komunikasi kawat lainnya. Karena aturan
regulasi yang ketat untuk radiasi elektromagnetik dari jaringan PLC
terhadap lingkungan, sistem PLC harus bekerja dengan PLC sebagai
teknologi yang memanfaatkan saluran listrik untuk menumpangkan sinyal
suara dan data, tentunya dihadapkan kendala-kendala yang cukup rumit.
Hal ini disebabkan berbagai kenyataan bahwa PLC mengambil tempat secara
langsung pada pada jaringan dimana kebanyakan dari peralatan listrik
rumah tangga dioperasikan, akibatnya level noise pada jaringan akan
menjadi tinggi. Level noise bergantung pada sejumlah keadaan, seperti
alam dan sumber-sumber buatan dari radiasi elektromagnetik, struktur
fisik dan parameter jaringan. Beberapa kendala aplikasi yang terkait
dengan jaringan listrik adalah noise, distorsi, disturbansi dan
atenuasi, tentunya hal ini akan mempengaruhi kualitas dari pengiriman
suara dan data, sehingga diperlukan suatu metode modulasi yang mampu
memberikan solusi pemecahannya. daya sinyal yang sangat rendah. Hal itu
membuat sistem PLC lebih sensitif terhadap disturbansi dan sistem
transmisi PLC harus menghadapi problem ini. Sampai kini SNR cukup untuk
menghindari disturbansi dalam jaringan, namun tidak ada pemakaian metode
khusus untuk melawan disturbansi.
• Metode Modulasi
Secara konseptual sistem transmisi PLC cukup sederhana, yaitu dengan
cara "menitipkan" sinyal data telekomunikasi pada noise yang ada pada
energi listrik. Namun, secara teknis untuk menumpangkan sinyal data
diperlukan frekuensi rendah dengan kisaran 1-50 Hz dan membutuhkan
kondisi tegangan listrik yang stabil. Disisi lain, kualitas kirim suara
dan data dipengaruhi oleh bandwidth, frekuensi yang digunakan, dan SNR.
Bandwidth tinggi dicapai dengan menggunakan kisaran frekuensi yang
tinggi atau dengan menaikkan level SNR. Untuk menaikkan level SNR,
dibutuhkan injeksi sinyal yang lebih tinggi. Sementara standar frekuensi
yang dialokasikan untuk PLC berada sekitar 1-50 hz. PLC harus bekerja
dengan daya sinyal/frekuensi yang rendah. Karena pada frekuensi tinggi
bisa terjadi radiasi dari kabel listrik yang dapat mengganggu frekuensi
lainnya. Ketentuan ini berlawanan dengan kebutuhan SNR yang tinggi
karena beragam gangguan bisa muncul. Proses mencapai nilai SNR yang
bagus dihadapkan kendala munculnya efek radiasi oleh kabel listrik.
Padahal nilai SNR yang dibutuhkan harus mampu mengatasi noise background
yang mungkin muncul.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan cara menggunakan dua buah metode
modulasi. Yang pertama adalah Teknik Modulasi CDM (Code Division
Multiplexing) atau Spread Spectrum. Dalam menggunakan metode ini, sinyal
informasi dapat tersebar dalam kisaran frekuensi yang lebar. Tingkat
sinyal informasi dibuat sangat rendah dengan harapan tidak akan
terganggu tingkat noise yang sangat tinggi di PLC.
Kedua, dengan menggunakan Teknik Modulasi OFDM (Orthogonal Frequency Division
Multiflexing). Metode modulasi ini dipergunakan banyak vendor karena
dinilai cukup stabil. Efisiensi modulasinya dapat mencapai 5 bit per hz
yang lebih tinggi dari metode modulasi lainnya.
Piranti Penyususnan PLC
PLC yang diproduksi oleh berbagai perusahaan sistem kontrol terkemuka
saat ini biasanya mempunyai ciri-ciri sendiri yg menawarkan keunggulan
sistemnya, baik dari segi aplikasi (perangkat tambahan) maupun modul
utama sistemnya. Meskipun demikian pada umumnya setiap PLC (sebagaimana
komputer pribadi Anda yang cenderung mengalami standarisasi dan
kompatibel satu sama lain) mengandung empat bagian (piranti) berikut
ini:
• Modul Catu daya.
• Modul CPU.
• Modul Perangkat Lunak.
• Modul I/O.
Modul Catu Daya (Power Supply: PS)
PS memberikan tegangan DC ke berbagai modul PLC lainnya selain modul
tambahan dengan kemampuan arus total sekitar 20A sampai 50A, yang sama
dengan battery lithium integral (yang digunakan sebagai memory backup).
Seandainya PS ini gagal atau tegangan bolak balik masukannya turun dari
nilai spesifiknya, isi memori akan tetap terjaga. PLC buatan Triconex,
USA, yakni Trisen TS3000 bahkan mempunyai double power supply yang
berarti apabila satu PS-nya gagal, PS kedua otomatis akan mengambil alih
fungsi catu daya sistem.
Modul CPU
Modul CPU yang disebut juga modul kontroler atau prosesor terdiri dari dua bagian:
• Prosesor
• Memori
1. Prosesor berfungsi:
• Mengoperasikan dan mengkomunikasikan modul-modul PLC melalui bus-bus serial atau paralel yang ada.
• Mengeksekusi program kontrol.
2. Memori, yang berfungsi:
• Menyimpan informasi digital yang bisa diubah dan berbentuk tabel data,
register citra, atau RLL (Relay Ladder Logic), yg merupakan program
pengendali proses. Pada PLC tertentu kadang kita jumpai pula beberapa
prosesor sekaligus dalam satu modul, yang ditujukan untuk mendukung
keandalan sistem. Beberapa prosesor tersebut bekerja sama dengan suatu
prosedur tertentu untuk meningkatkan kinerja pengendalian. Contoh PLC
jenis ini ialah Trisen TS3000 mempunyai tiga buah prosesor dengan sistem
yang disebut Tripple Redundancy Modular. Kapasitas memori pada PLC juga
bervariasi. Trisen TS3000, misalnya, mempunyai memori 384 Kbyte (SRAM)
untuk program pengguna dan 256 Kbyte (EPROM) untuk sistem operasinya.
Simatic S5 buatan Siemens mempunyai memori EPROM 16Kbyte dan RAM 8
Kbyte. PLC FA-3S Series mempunyai memori total sekitar 16 Kbyte.
Kapasitas memori ini tergantung penggunaannya dan seberapa jauh Anda
sebagai mengoptimalisasikan ruang memori PLC yg Anda miliki, yang
berarti pula tergantung seberapa banyak lokasi yang diperlukan program
kontrol untuk mengendalikan plant tertentu. Program kontrol untuk
pengaliran bahan bakar dalam turbin gas tentu membutuhkan lokasi memori
yang lebih banyak dibandingkan dengan program kontrol untuk menggerakkan
putaran mekanik robot pemasang bodi mobil pada industri otomotif. Suatu
modul memori tambahan bisa juga diberikan ke sistem utama apabila
kebutuhan memori memang meningkat.
Modul Program Perangkat Lunak
PLC mengenal berbagai macam perangkat lunak, termasuk State Language,
SFC, dan bahkan C. Yg paling populer digunakan ialah RLL (Relay Ladder
Logic). Semua bahasa pemrograman tersebut dibuat berdasarkan proses
sekuensial yang terjadi dalam plant (sistem yang dikendalikan). Semua
instruksi dalam program akan dieksekusi oleh modul CPU, dan penulisan
program itu bisa dilakukan pada keadan on line maupun offline. Jadi PLC
dapat bisa ditulisi program kontrol pada saat ia mengendalikan proses
tanpa mengganggu pengendalian yang sedang dilakukan. Eksekusi perangkat
lunak tidak akan mempengaruhi operasi I/O yg tengah berlangsung.
Modul I/O
Modul I/O merupakan modul masukan dan modul keluaran yang bertugas
mengatur hubungan PLC dengan piranti eksternal atau periferal yang bisa
berupa suatu komputer host, saklar-saklar, unit penggerak motor, dan
berbagai macam sumber sinyal yang terdapat dalam plant.
1. Modul masukan
Modul masukan berfungsi untuk menerima sinyal dari unit pengindera
periferal, dan memberikan pengaturan sinyal, terminasi, isolasi, maupun
indikator keadaan sinyal masukan.
Sinyal-sinyal dari piranti periferal akan di-scan dan keadaannya akan dikomunikasikan melalui modul antarmuka dalam PLC.
Beberapa jenis modul masukan di antaranya:
- Tegangan masukan DC (110, 220, 14, 24, 48, 15-30V) atau arus C(4-20mA).
- Tegangan AC ((110, 240, 24, 48V) atau arus AC (4-20mA).
- Masukan TTL (3-15V).
- Masukan analog (12 bit).
- Masukan word (16-bit/paralel).
- Masukan termokopel.
- Detektor suhu resistansi (RTD).
- Relay arus tinggi.
- Relay arus rendah.
- Masukan latching (24VDC/110VAC).
- Masukan terisolasi (24VDC/85-132VAC).
- Masukan cerdas (mengandung mikroprosesor).
- Masukan pemosisian (positioning).
- Masukan PID (proporsional, turunan, dan integral).
- Pulsa kecepatan tinggi.
- Dll.
2. Modul keluaran
Modul keluaran mengaktivasi berbagai macam piranti seperti aktuator
hidrolik, pneumatik, solenoid, starter motor, dan tampilan status
titik-titik periferal yang terhubung dalam sistem. Fungsi modul keluaran
lainnya mencakup conditioning, terminasi dan juga pengisolasian
sinyal-sinyal yang ada. Proses aktivasi itu tentu saja dilakukan dengan
pengiriman sinyal-sinyal diskret dan analog yang relevan, berdasarkan
watak PLC sendiri yang merupakan piranti digital. Beberapa modul
keluaran yang lazim saat ini di antaranya:
- Tegangan DC (24, 48, 110V) atau arus DC (4-20mA
- Tegangan AC (110, 240V) atau arus AC (4-20mA).
- Keluaran analog (12-bit).
- Keluaran word (16-bit/paralel)
- Keluaran cerdas.
- Keluaran ASCII.
- Port komunikasi ganda.
Dengan berbagai modul di atas PLC bekerja mengendalikan berbagai plant
yang kita miliki. Mengingat sinyal-sinyal yang ditanganinya bervariasi
dan merupakan informasi yang memerlukan pemrosesan saat itu juga, maka
sistem yang kita miliki tentu memiliki perangkat pendukung yang mampu
mengolah secara real time dan bersifat multi tasking,. Anda bayangkan
bahwa pada suatu unit pembangkit tenaga listrik misalnya, PLC Anda harus
bekerja 24 jam untuk mengukur suhu buang dan kecepatan turbin, dan
kemudian mengatur bukaan katup yang menentukan aliran bahan bakar
berdasarkan informasi suhu buang dan kecepatan di atas., agar didapatkan
putaran generator yang diinginkan! Pada saat yang sama sistem pelumasan
turbin dan sistem alarm harus bekerja baik baik di bawah pengendalian
PLC! Suatu piranti sistem operasi dan komunikasi data yang andal tentu
harus kita gunakan. Teknologi cabling, pemanfaatan serat optik, sistem
operasi berbasis real time dan multi tasking semacam Unix, dan fasilitas
ekspansi yang memadai untuk jaringan komputer merupakan hal yang lazim
dalam instalasi PLC saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar